Shimikomu (Seep in)
Rokudenashi
![[Lirik dan Terjemahan] Rokudenashi - Shimikomu (Meresap) / Seep in](https://mofulyrics.com/wp-content/uploads/2025/07/rokudenashi-shimikomu.jpeg)
Save

沁み込む
妄想の未来に浸ってた
蟲毒の雨に傘も差さず
荒んだ日々 貴方の目を追う
奪いたいって 濡れた肩を抱きたい
息をする様に嘘を撒く
その髪から滴る水に
燦然と溺れたいだけ
焦燥感と停滞の沼で足掻いている
濡れ 濡れ
擦れ合う袖
此処じゃない何処かを望む
濡れ 濡れ
悪夢だとしても
それでも愛せる?
貴方の手に縋りたい
奪ってみたい 等身大の純情
詩を綴るだけ
上辺 砕けないだけ
無機質な皮肉に濡れ
傘を失くし沁み込んだ
哀しみで声を潤している
吐き出すだけ
本音 曝け出すだけ
不可能の海に溺れ
いつしかびしょ濡れに慣れ
感情さえも暗い底へと
捨て去り実存を潰す
ただ日々を過ごす機械だ
自問自答はとうに辞めたの
それでも尚 水底から
細い細い泡の糸が
静かに立ち上り続いている
アドホックな療法
だけで目の前の快楽貪る
だけじゃ結局最終
アヴァロンの浜に
辿り着けないの
ねぇ 本当は解ってる
対峙しなきゃいけないって知ってる
内宇宙に深く潜り込み
自我を取り戻す事を願っている
濡れ濡れ
壁の向こうに
微かに感じ取る微熱
濡れ濡れ
確証無しでも
心を信じる?
貴方の手に縋りたい
奪ってみたい 等身大の純情
詩を綴るだけ
上辺 砕けないだけ
無機質な皮肉に濡れ
この手に取り戻したい
愛していたい
未完成の無垢を
研ぎ澄ますだけ
脇目 振らず研ぐだけ
孤独に水を掻き分け
Mousou no mirai ni hitatteta
Kodoku no ame ni kasa mo sasazu
Susanda hibi anata no me wo ou
Ubaitai tte nureta kata wo dakitai
Iki wo suru you ni uso wo maku
Sono kami kara shitataru mizu ni
Sanzen to oboretai dake
Shousoukan to teitai no numa de agai teiru
Nure nure
Kosureau sode
Koko janai dokoka wo nozomu
Nure nure
Akumu da to shite mo
Sore demo aiseru?
Anata no te ni sugaritai
Ubattemitai toushindai no junjou
Shi wo tsuzuru dake
Uwabe kudakenai dake
Mukishitsu na hiniku ni nure
Kasa wo nakushi shimikonda
Kanashimi de koe wo uruoshiteiru
Hakidasu dake
Honne sarakedasu dake
Fukanou no umi ni obore
Itsushika bishonure ni nare
Kanjou sae mo kurai soko e to
Sutesari jitsuzon wo tsubusu
Tada hibi wo sugosu kikai da
Jimon jitou wa touni yameta no
Sore demo nao minasoko kara
Hosoi hosoi awa no ito ga
Shizuka ni tachi nobori tsuzuiteiru
Adohokku na ryouhou
Dake de me no mae no kairaku musaboru
Dake ja kekkyoku saishuu
Avaron no hama ni
Tadori tsukenai no
Nee, hontou wa wakatteru
Taiji shinakya ikenai tte shitteru
Naiuchuu ni fukaku mogurikomi
Jiga wo torimodosu koto wo negatteiru
Nure nure
Kabe no mukou ni
Kasuka ni kanjitoru binetsu
Nure nure
Kakushou nashi demo
Kokoro wo shinjiru?
Anata no te ni sugaritai
Ubattemitai toushindai no junjou
Shi wo tsuzuru dake
Uwabe kudakenai dake
Mukishitsu na hiniku ni nure
Kono te ni torimodoshitai
Aishite itai
Mikansei no muku wo
Togisumasu dake
Wakime furazu togu dake
Kodoku ni mizu wo kakiwake
Tenggelam dalam masa depan yang ilusif,
Tanpa payung di tengah hujan yang beracun.
Di hari-hari suram, mengejar pandanganmu,
Ingin merebut, memeluk bahumu yang basah.
Menabur dusta seakan bernapas,
Pada tetesan air dari rambutmu.
Aku hanya ingin tenggelam dalam kilauannya,
Meronta dalam rawa kegelisahan dan stagnasi.
Basah, basah,
Lengan kita bersentuhan,
Mengharapkan tempat yang bukan di sini.
Basah, basah,
Sekalipun ini mimpi buruk,
Masihkah kau bisa mencintai?
Ingin berpaut pada tanganmu,
Merebut ketulusan yang nyata.
Hanya merangkai puisi,
Hanya permukaan yang tak retak,
Kuyub oleh ironi yang dingin.
Kehilangan payung, meresap dalam,
Suara ini dibasahi oleh kepiluan.
Hanya bisa meluapkan,
Mengungkapkan isi hati,
Tenggelam dalam lautan ketidakmungkinan.
Suatu ketika, terbiasa basah kuyup,
Emosi tenggelam ke dasar yang gelap.
Mematahkan eksistensi,
Hanya menjalani hari bagai mesin.
Sudah lama ku berhenti bertanya pada diri sendiri,
Namun dari kedalaman air itu,
Benang gelembung yang tipis
Terus mengapung perlahan.
Dengan terapi seadanya,
Hanya tuk menelan kenikmatan semata,
Namun pada akhirnya,
Pantai Avalon itu
Tak pernah bisa kucapai.
Hei, sebenarnya aku mengerti
Bahwa harus menghadapinya langsung,
Menyelam lebih dalam ke semesta batin,
Berharap menemukan kembali jati diriku.
Basah, basah,
Di balik dinding,
Terasa demam ringan.
Basah, basah,
Meski tanpa kepastian,
Masihkah kau percaya pada hati?
Ingin berpaut pada tanganmu,
Merebut ketulusan yang nyata.
Hanya merangkai puisi,
Hanya permukaan yang tak retak,
Kuyub oleh ironi yang dingin.
Ingin merebutnya kembali,
Ingin mencintainya,
Kemurnian yang belum sempurna.
Hanya mengasahnya,
Tanpa berpaling, hanya mengasah,
Mengayuh air di tengah kesepian.
Advertisement
Ringkasan:
Lagu Shimikomu ini menggambarkan kegelisahan batin seseorang yang terjebak di antara harapan dan keputusasaan. Liriknya penuh dengan citra hujan yang meresap, bahu yang basah, dan pelukan yang tak terjangkau, simbol kerinduan mendalam pada seseorang yang ingin direngkuh sepenuhnya. Di balik dusta dan ironi hidup yang dingin, ada keinginan kuat untuk menemukan kembali jati diri, untuk percaya lagi pada hati, meski dunia terasa stagnan. Lagu ini memadukan rasa cinta yang mendalam, luka yang mengakar, dan usaha perlahan untuk terus mengasah diri, walau terperangkap di lautan kesepian.