Tidurlah, sampai tanganmu bisa menaklukkan malam.
Tidurlah, sampai malam itu berhenti di hadapanmu.
Saat itulah mari bermain, menari hingga pagi tiba.
Jangan menyerah, kuasai sendiri hingga saatnya tiba, ah yeah.
Ay, tak terasa sudah hampir pukul sembilan.
Lampu-lampu mulai diredupkan.
Hey, untuk hari ini cukup sampai di sini.
...Eh, tunggu! Siapa yang bilang begitu?
Meski tubuh dibaringkan di kamar,
Aku takkan berhenti bermain.
Hey, kini aku mulai mengerti
Mengapa orang dewasa selalu terburu-buru.
Berbaring terbalik
Dalam pelukan mama, yeah.
Sontak meronta, teringat sesuatu
Mengarah ke kepalaku.
Berdiri tertatih,
Terhuyung sambil menangis.
Tubuh yang tersungkur itu
Mirip diriku di pagi hari, yeah.
Tidurlah, sampai tanganmu bisa menaklukkan malam.
Tidurlah, sampai malam itu berhenti di hadapanmu.
Saat itulah mari bermain, menari hingga pagi tiba.
Jangan menyerah, kuasai sendiri hingga saatnya tiba, ah yeah.
Sedikit lagi...
Satu lagu lagi...
Satu hal lagi... yeah.
Sedikit lagi...
Satu lagu lagi...
Satu hal lagi...
Hingga saat kita bisa berbagi.
→ Hey (ay?) tak terasa dengkuran mulai terdengar.
Kamar tidur pun hening seketika.
→ Hey (ay?) hingga matahari terbit kembali,
Terjebak di ruang jiwa dan waktu,
Di luar ritme hari-hari kerja,
Hingga realita menarik kembali.
Hey, malam itu seperti makhluk hidup,
Bayangan merayap, mendekat perlahan.
Aroma ini, sensasi ini, ah yeah.
Melepas kedewasaan, ah yeah.
Dia masih milikku, ah yeah.
Takkan kuberikan semudah itu.
Saat tanganku ditarik, di dekat telinga,
Namaku dibisikkan untuk pertama kalinya.
Ia menyelinap dari pandanganku
Hingga mengecohku di saat itu juga.
Tidurlah, sampai tanganmu bisa menaklukkan malam.
Tidurlah, sampai malam itu berhenti di hadapanmu.
Saat itulah mari bermain, menari hingga pagi tiba.
Jangan menyerah, kuasai sendiri hingga saatnya tiba, ah yeah.
Sedikit lagi...
Satu lagu lagi...
Satu hal lagi... yeah.
Sedikit lagi...
Satu lagu lagi...
Satu hal lagi...
Hingga saat kita bisa berbagi.