1.0 (one point zero)
amazarashi
Lyricist: Hiromu Akita
Composer: Hiromu Akita
Arranger: amazarashi・Yoshiaki Dewa
Release: 2022.04.13
![[Lirik dan Terjemahan] amazarashi - 1.0 (one point zero)](https://mofulyrics.com/wp-content/uploads/2025/02/amazarashi-one-point-zero.png)
Note:
“1.0” (One Point Zero) adalah lagu dari amazarashi yang dirilis pada 30 Maret 2022. Lagu ini merupakan bagian dari proyek kolaborasi unik berjudul “amazarashi × Manga 'Chi.' Round-Trip Letter Project”. Dalam proyek ini, amazarashi bekerja sama dengan mangaka Uotaka, penulis manga Chi., yang menyumbangkan ilustrasi orisinal untuk video musiknya. Menariknya, video musik lagu ini menggunakan teknik letterpress printing, memberikan sentuhan visual yang khas, seolah menyampaikan perasaan mendalam melalui tekstur cetakan yang nyata.
Lirik “1.0” mengusung tema introspeksi, hubungan manusia, serta perjuangan untuk menemukan makna dalam hidup. Lagu ini dibuka dengan kalimat sederhana namun penuh makna:
あれから色々あったけど こちらは変わらずにいます
Are kara iroiro atta kedo kochira wa kawarazu ni imasu
"Meski banyak hal telah terjadi sejak saat itu, di sini aku tetap sama."
いつも手紙感謝します
Itsumo tegami kansha shimasu
"Selalu menghargai surat-suratmu."
少なくともあなたは1です 僕にとってあなたは1です
Sukunakutomo anata wa ichi desu boku ni totte anata wa ichi desu
"Setidaknya kau adalah satu. Bagiku, kau adalah satu-satunya."
Frasa “1.0” atau “satu” dalam lagu ini melambangkan seseorang yang istimewa dalam hidup sang narrator seseorang yang menjadi titik awal, jangkar emosional, atau bahkan alasan keberadaannya. Liriknya merenungkan tentang perjalanan waktu, kesetiaan, serta ketidakpastian masa depan dengan nada melankolis yang khas dari gaya penulisan Hiromu Akita, vokalis sekaligus penulis lagu amazarashi.
Salah satu bagian lirik yang memperlihatkan refleksi mendalam tentang waktu adalah:
時間は平等と言いますが 平等ほど残酷なものはないですね
Jikan wa byoudou to iimasu ga byoudou hodo zankoku na mono wa nai desu ne
"Mereka mengatakan waktu itu adil, namun tak ada yang lebih kejam dari kesetaraan."
Dalam bait ini, amazarashi menggambarkan bagaimana waktu berjalan dengan keadilan mutlak, tetapi justru karena itulah waktu menjadi kejam, ia tidak menunggu siapa pun, tidak peduli pada perasaan, dan terus berlari tanpa ampun.